Sabtu, 11 Desember 2010

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN AYAM PADA T ANAH SALIN TERHADAP PERTUMBUHAN Benih KELAPA HIBRIDA


Ringkasan.

Percobaan ini dilakukan di rumah kaca laboratorium lapang Agronomi IPB di Darmaga dari bulan Januari sampai Juli 1987. Percobaan I ditujukan untuk mempelajari sejauh mana pupuk kandang kotoran ayam dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman kelapa hibrida Khina-l dan Khina-2 yang ditanam pada tanah salin. Percobaan II ditujukan untuk mempelajari sejah mana pemberian kombinasi pupuk nitrogen dan pupuk kandang kotoran ayam dapat memperbaiki pertumbuhan kelapa hibrida Khine-2 pada tanah salin. Kedua percobaan dilakukan dengan Rancangan
Faktorial dan setiap satuan percobaan diulang empat kali. Perlakuan yang diberikan pada Percobaan I ialah varietas Khina-l dan Khina-2 serta lima taraf pupuk kandang kotoran ayam (0; 16.7; 33.3; 50 dan 66.7%), sedangkan pada percobaan II perlakuan yang diberikan yai tu empat taraf pupuk nitrogen (0; 14,7;29,4 dan 58.8 g/bibit) dan empat taraf pupuk kandang (0; 16.7; 33.3 dan 50.0 %).
Tanaman kelapa hibrida Khina-2 lebih tinggi dan lebih banyak daumya dari pada Khina-l terutama pada saat 12 minggu setelah tanam. Perlakuan 16.7%' pupuk kandang cenderung mempertinggi bibit kelapa hibrida.
Taraf pupuk kandang kotoran ayam 33.3% mengakibatkan bobot kering total Khina-l maksimal, sedangkan Khina-2 akan mempunyai bobot kering maksimal pada tarafpupuk kandang 16.7%.
Dosis pupuk nitrogen mempengaruhi jumlah daun bibit kelapa hibrida Khina-l pada saat 16 dan 0 minggu setelah tanam.,Pemupukan nitrogen dosis tinggi tidak hanya menurunkan jumlah daun, tetapi juga menurunkan bobot kering akar, batang dan daun, tetapi juga menurunkan bobot kering akar, batang dan daun.
Taraf pupuk kandang 16.7% cenderung memperberat bobot kering akar batang dan daun. Tidak ada interaksi antara perlakuan taraf pupuk kandang dan nitrogen pertumbuhan bibit kelapa.

PENDAHULUAN
Kelapa merupakan komoditi sosial yang penting. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1986) jauh di bawah nilai ekspor delapan komoditi perkebunanl ainnya. Rendahnya ekspor kelapa disebabkan oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi, pemeliharaan yang tidak teratur, sebagian besar tanaman kelapa telah berumur lebih dari 50 tahun dan tidak digunakan bibit unggul untuk peremajaan (Djisbar, 1977), untuk keperluan rehabilitasi dan peremajaan, disarankan penggunaan kelapa hibrida •
Penggunaan kelapa hibrida memiliki keunggulan berbuah banyak dalam waktu yang lebih singkat (Bari dan Mansjur, 1977). Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki rawa dan lahan yang berkadar garam tinggi (salin). Lahan salin terjadi sebagai akibat adanya intrusi air laut dan pemupukan yang berat (Match, et. 01., 1986). Pada lahan salin tanaman akan kekurangan berbagai hara sebagai akibat adayna hubungan antagonis dalam penyerapan hara dan tanaman sulit menyerap air (Maeda. 1972). Defisit air akan menghambat proses fisiologis dan. Menyebabkan kelayuan pada tanaman (Maas, et. 01., 1972; Shimose, 1973).
Toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan. Tanaman kelapa masih tahan pada tingkat konsentrasi 0.6%. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa yaitu kesuburan
tanah. Bahan organik yang diberikan pada tanah berat akan memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi dan aerasi tanah, sedangkan pemberian pada tanah ringan akan memperbaiki daya retensi air (Tarigans, 1985).

Kotoran Ayam

Kotoran ayam dapat menyumbangkan unsur hara yang diperlukan tanaman, seperti N, P, K, dan beberapa unsur hara mikro berupa Fe, Zn dan Mo (Sutedjo, 1978). Selanjutnya dikatakan bahwa kotoran ayam mempunyai nilai hara (terutama N dan P) yang tinggi, serta kadar air dan nisbah C/N yang rendah. Kelembaban dan nisbah C/N yang rendah akan mempercepat mineralisasi dan mempersempit depresi nitrat di dalam tanah, sehingga ketersediaan unsur hara yang diperoleh dari kotoran ayam menjadi lebih cepat. Menurut Oltjen dan Dinius (1976), kotoran ayam mengandung 9.90 persen N, 8.60 persen Ca, 3.52 persen P, 2.30 persen K, 0.78 persen Mg, 0.13 persen Fe dan dalam jumlah kecil unsur Mn, Zn, Mo dan Co.
Selanjutnya dilaporkan bahwa 63 sampai 87 persen dari N dalam kotoran ayam berasal dari asam urat. Asam urat tersebut mudah terdekomposisi menjadi Urea dan Amonia jika bahan dalam keadaan basah. Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana pupuk kandang kotoran ayam dapat memperbaiki lahan salin.

BAHAN DAN METODA (0n request)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu harian rata-rata selama percobaan yaitu 29.4°C, dengan suhu minimal 24.6°C dan suhu maksimal 34.2°C. Hal tersebut masih sesuai dengan kisaran suhu yang dikehendaki yaitu antara 21°C sampai.34°C. Untuk mempertahankan suhu ruang supaya tidak melebihi batas kritis (34°C), dilakukan penyiraman lantai rumah
kaca pada pagi dan siang hari. Secara fisik maupun kimia, terjadi perbedaanstatus yang jelas antara taraf-taraf campuran pupuk kandang dan tanah beragam. Reaksi tanah (pH) bergeser dari status netral (pH H20 7~2), pada media tanpa pupuk kandang, menjadi agak alkalin (pH H20 8.0) pada media A3 (50% pupuk Kandang).
Meskipun dernikian, perubahan pH H20 dari 7.2 pada media Ao menjadi 8.0 pada media A3 masih di dalam selang optimal untuk pertumbuhan kelapa yaitu antara 5.2 sampai 8.0. Peningkatan pH akibat pemberian kotoran ayam disebabkan oleh karena pada saat pembusukan terjadi pembebasan kation-kation. Menurut Soepardi (1983) tanah-tanah yang mengandung kation lebih banyak akan memiliki pH lebih tinggi.

Nitrogen dan C-organik meningkat dengan bertambahnya kotoran ayam karena kotoran ayam mengandung karbon dan nitrogen masing-masing 16.93% dan12.10%. Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah, kandungan unsur tersebut pada berbagai media sangat tinggi. Sebaliknya, pada media tanpa pupuk kandang kandungan C-organik dan nitrogen tergolong rendah yaitu masing-masing1.45% dan 0.10%. Pemberian pupuk kandang sebesar 2 kg per 12 kg media (16.6%) meningkatkan status nitrogen dari rendah menjadi tinggi (0.65%) dan sangat tinggi (1.24%) jika pupuk kandang ditingkatkan sampai 6 kg per 12 kg media (50.00%).
Kandungan C-organik menjadi sangat tinggi (6.88%) pada media Al (16.67%) dan kadar C-organik semakin meningkat jika kotoran ayam ditingkatkan sampai 6 kg per 12 kg media (50.55%) yaitu 13.69%.
Hasil analisis media menunjukkan bahwa kotoran ayam mampu menyumbangkan 2.22% fosfor. Penambahan kotoran ayam ke dalam media meningkatkan ketersediaan fosfor, sehingga status P-tersedia bergeser dari sedang (22.70 ppm-, pada media tanpa kotoran ayam, menjadi sangat tinggi; baik pada media 16.67% kotoran ayam (49.50 ppm), 33.33% pupuk kandang (49.10 ppm), maupun 50.00% kotoran ayam (46.20 ppm).
Status basa-basa dapat dipertukarkan di dalam media tanah bergaram (tanpa kotoran ayam) sangat tinggi yaitu kalium (1.33 me/lOO g tanah), kaisium (29.79 me/lOO g tanah), dan magnesium (18.06 me/lOO tanah)

Penambahan kotoran ayam sampai 4 kg per 12 kg media (33.33%) semakin mehingkatkan ketersediaan kalium, natrium, kalsium dan magnesium yaitu berturut-turut 7.27, 6.37, 66.07 dan 30.24 me/IOO g tanah. Kalium, natrium, kalsium dan magnesium cenderung menurun jika kotoran ayam ditingkatkan sampai 50.00% yaitu berturut-turut 7.07,4.57,33.30 dan 13.54 me/lOO g tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) pada semua media tergolong tinggi, antara 25 sampai 40 me/IOO g tanah, dengan kecenderungan yang sarna dengan jumlah basa-basa dapat dipertukarkan.
Ratio antara basa basa yang dapat dipertukarkan dengan KTK memberi petunjuk bahwa basa-basa ada dalam keadaan sangat jenuh (100%).
Dilihat dari daya hantar listrik (DHL) larutan tanah pada saat 20 MST, media kontrol (6.75 mmhos/cm) tergolong sedang; sedangkan media 33.33% kotoran ayam (12.25 mmhos/cm), media 33.33% kotoran ayam (9.13 mmhos/cm) dan media 50.00% kotoran ayam (11.75 mmhos/cm) tergolong tinggi.

Kondisi tajuk kelapa hibrida yang terbaik terjadi pada . tanaman yang ditanam di media 16.7% kotoran ayam. Pada media tersebut kadar nitrogen, fosfor dan kation mendukung pertumbuhan tanaman. Pemberian kotoran ayam lebih dari 16.7% mengakibatkan hara yang terdapat di dalam media dalam keadaan berlebihan,dan terjadi peningkatan daya hantar listrik. Soepardi (1983) mengatakan bahwa penambahan kotoran ayam secara berlebihan akan mengakibatkan kondisi tanah menjadi anaerob. Perlakuan kotoran ayam tidak mempengaruhi bobot kering akar batang dan daun, kecuali perlakuan 23.3%. Perlakuan tersebut menurunkan bobot kering akar 31.5%

Pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa Khina-2 lebih baik daripada Khina-l .•

Persamaan Khina-2 dan Khina-l adalah tetua betinanya Genjah Kuning Nias, perbedaannya tetua jantan Khina-l adalah Kelapa Dalam Tenga, sedangkan tetua Jantan Khina-2 Kelapa Dalam Bali. Dalam keadaan tanpa cekaman (stress) pertumbuhan
Khina-l lebih baik daripada Khina-2 (Djlsbar dan Luntungan, 1978).

KESIMPULAN DAN SARAN

Pupuk kandang kotoran ayam pada taraf yang rendah dapat memperbaiki tanah salin. Pada percobaan ini media yang mengandung 16.7% pupuk kandangan kotoran ayam memberikan kondisi yang terbaik bagi pertumbuhan kelapa hibrida.
Penambahan nitrogen pada tanah salin yang telah diberi pupuk kandang tidak memperbaiki pertumbuhan tanaman kelapa hibrida. Perlu diteliti lebih jauh penggunaan kotoran ayam dengan dosis yang lebih rendah dan penggunaan pupuk kandang lainnya.

Daftar Pustaka (on request)

Edit: Desember 2010 
Proorganik : 
Pupuk Organik Berkualitas, dibuat dari Kotoran Ayam.
Distributor: 
CV Gracia Perdana Lestari
Jl. Berlian 24
Pondok Permata Suci - Gresik 
Telp. 031-3958824 
Fax.  031-3958054
Marketing: 0812 493 11999

Pertanian lebih maju tanpa pupuk kimia. Free Energy Indonesia


Pupuk yang menyuburkan tanah?

Selama ini pemakaian pupuk NPK sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan petani. Bahkan ketergantungan terhadap pupuk NPK telah menyebabkan beberapa petani mengalami gagal panen atau tidak bisa bertanam saat pupuk menjadi langka karena "supply and demand" kata pemerintah. NPK telah menjadi kebutuhan yang sangat mutlak bagi pertanian kita sekarang ini.

Kita perlu heran mengapa ini terjadi. Di jaman dahulu tidak ada pupuk kimia, tapi hasil pertanian negeri kita diakui oleh negara - negara lain. Di jajah oleh negara eropa juga salah satunya karena hasil pertanian yang melimpah. Kita mulai menganut pemakaian pupuk ini karena didikan dari negara barat. Seandainya kita tetap menganut model tanam tradisional kita tidak akan mengalami ketergantungan terhadap pupuk kimia seperti sekarang ini.
Di eropa, pertanian baru mengenal pupuk kimia di awal tahun 1900 an. Sebelumnya mereka sama dengan kita menggunakan pupuk yang alami dengan alat pertanian dari kayu. Dengan diperkenalkannya pupuk kimia, kita mulai tertarik untuk menggunakannya karena pupuk kimia memberi hasil pertanian yang lebih banyak. Namun banyak yang tidak sadar bahwa setelah beberapa tahun hasil pertanian mulai berkurang dan hasil tidak akan bagus bila tidak menggunakan puupuk, kita menjadi sangat tergantung pada pupuk kimia.

Dalam buku Coats & Schauberger - Living Energies - Viktor Schaubergers Brilliant Work With Natural Energy Explained, diceritakan bahwa pupuk buatan akan menghancurkan kesuburan tanah dan meracuninya. Pada akhir abad ke 19 ahli kimia Jerman Baron Justus von Liebig (1803-1873) banyak melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh bahan kimia pada kesuburan tanah. Pada suatu saat Liebig menemukan bahwa yang menentukan kesuburan tanah selain Kalsium (Ca) adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Potassium (K). Ketiganya biasa disebut dengan NPK.
Penemuan ini membangkitkan industri baru dibidang pembuatan pupuk. Karena pupuk ini bisa dibuat dari sampah industri biaya yang dibutuhkan relatif rendah, keuntungan membuat pupuk bagi industri sangatlah menggiurkan. Yang menjadi masalah adalah justru dari sumber bahan pupuk ini. Pemrosesan suatu bahan dengan suhu tinggi akan menghancurkan unsur pembangun dan akan menambahkan unsur perusak pada bahan tersebut. Sisa dari pemanasan juga akan membuat suburnya bakteri penyakit. Bila pupuk tersebut disebarkan ke tanah akan merusak tanah. apalagi bila pemberian pupuk ini dilakukan dalam bentuk serbuk. Serbuk akan menyerap kandungan air berserta mineral penting di dalam tanah yang seharusnya diperlukan oleh tumbuhan.
Setelah melakukan penelitian lanjutan Liebig meralat hasil penemuan tersebut dengan mengumumkan bahwa kesuburan tanah tidak bergantung kepada hanya kepada ketiga bahan tersebut. Unsur yang diperlukan oleh tanah lebih komplek daripada itu. Ia takut bila tidak deteliti lebih lanjut [emberian yang tidak seimbang hanya akan merusak tanah.
Viktor Schauberger mengamati bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh pemberian pupuk NPK sangatlah merugikan. Selain tanah menjadi tidak subur dan menjadi tergantung pada pupuk tersebut, penyakit tanaman juga makin bertambah dan kualitas tanaman menjadi menurun. Pemberian hasil dari sisa pembakaran akan menyebabkan air tidak naik ke permukaan secara alami. Tanah akan membutuhkan lebih banyak air, lebih banyak pupuk NPK, dan lebih banyak obat penyakit pada setiap masa tanam berikutnya. Pemberian yang terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi kering dan tandus.
Para pemakai kebanyakan tergiur pada hasil awal yang sangat menjanjikan, namun mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menghancurkan lahan mereka sendiri. Untuk itu para peneliti sebaiknya juga tidak membatasi percobaan hanya pada beberapa masa tanam saja, namun juga sepanjang mungkin
Di barat sekarang ini sedang tren mencoba meniru tanah Terapetra di Brazil yang membuat lahan menjadi subur. Di Brazil terapetra diperjualbelikan sebagai pupuk. Terapetra adalah tanah subur berwarna abu - abu, serupa dengan tanah lapisan bawah di tempat sekitar gunung berapi yang biasa dibuat untuk keramik. Menurut saya tanah abu - abu tersebut adalah sisa abu gunung berapi yang memang membuat tanah menjadi subur. Di gunung bromo setelah beberapa minggu setelah hujan abu turun, tanah akan menjadi lebih subur dengan hamparan abu - abu dari hujan abu.

Para ahli dari barat mempunyai pendapat berbeda, mereka percaya bahwa terapetra adalah buatan manusia yang mungkin dibuat dari sisa pembakaran tanaman, dalam bentuk arang (charcoal). Mereka memperkenalkan beberapa metode untuk membuatnya dan menamakannya biochar. Seperti pemberian pupuk NPK, pemberian biochar ini memberikan peningkatan hasil panen. Tanaman menjadi lebih cepat besar dan hasilnya lebih banyak. Namun perlu diwaspadai karena ternyata penelitian untuk biochar ini hanya dilakukan dalam beberapa masa panen saja. Belum ada laporan tentang pemakaian biochar setelah beberapa tahun. (http://bionecho.org/charcoalab/project.php)

Di Indonesia sekarang ini sedang tren untuk menggunakan penyubur buatan yang mengandung jamur penyubur. Jamur penyubur ini biasanya terbentuk secara alami di lahan yang subur. Namun karena tanah pertanian kita sudah rusak oleh pengaruh pupuk kimia, pemberian penyubur buatan ini sangat membantu mengembalikan kesuburan tanah. Namun masih perlu dicermati apakah pembuatannya menggunakan unsur panas atau tidak. Dan masih perlu diteliti apakah penggunaan dalam jangka panjang akan menyuburkan tanah.


Banyak yang sudah sadar untuk mulai menggunakan pupuk dari bahan alami yang dibuat tanpa pemanasan. Kita bisa melihat usaha mereka di:

Pengembalian kesuburan tanah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia akan membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum tanah kembali kesuburannya. Pemberian pupuk hewan atau pupuk nabati juga tidak boleh terlalu banyak karena tanah membutuhkan keseimbangan. Selain pupuk juga ada beberapa hal penting lain yang harus diperhatikan.

Air

Air yang ada di alam mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, menyuburkan atau memberi kehidupan. Saat air terkena panas sinar matahari air akan berubah sifatnya menjadi mematikan. Air di alam secara natural dilindungi oleh pepohonan yang rindang yang melindunginya dari panas matahari. Air akan memberi nutrisi yang dikeluarkannya dari tanah kepada tanaman disekitar alirannya untuk tetap menjaga keutuhan kualitasnya. Secara natural air akan mengalir membentuk lintasan yang berkelak kelok, dimana makin jauh jarak yang ditempuh makin besar kelokannya.
Di sungai yang masih alami, airnya masih jernih dan tidak berbau. Kuman penyakit akan susah hidup di air yang sehat ini. Di tengah alirannya hanya akan ada bebatuan besar karena bebatuan kecil akan di pinggirkannya ke tepi. bebatuan besar di tengah akan mengurangi sedimentasi dan tetap menjaga kedalaman sungai walau ketinggian air berubah ubah.
Sekarang ini air dipaksa untuk bergerak secara lurus di saluran buatan manusia. Air terkena panas matahari secara langsung karena air tidak terlindungi dari sinar matahari. Akibatnya air bergerak secara brutal dan akan merusak segala yang ada di alirannya apabila debit air tinggi. Pernah dibahas cara mengatasi masalah ini di catatan sebelumnya. Apabila air ini diberikan kepada tanaman, maka efeknya tanaman tidak akan subur dan akan memerlukan lebih banyak lagi penyubur tambahan.
Untuk mengurangi efek merusak dari air, air yang dipergunakan untuk tanaman sebisa mungkin dilindungi dari sinar matahari. Ada beberapa saran dari peneliti air untuk mengurangi sifat merusaknya. Diantaranya dengan melewatkan air ke sebuah corong untuk membuat air bergerak memutar. Dikatakan gerakan memutar akan menetralisir unsur negatif yang ditambahkan oleh panas atau gerakan tidak alami. Sebagian juga mempercayai bahwa dengan melewatkan air melalui magnet air akan berubah sifatnya dan akan berganti memberikan kesuburan pada tanah.
Pada percobaan yang saya lakukan sendiri dengan menambahkan gerakan memutar pada ujung selang dengan pipa tembaga membuat daun tanaman lebih hijau gelap, berukuran lebih besar dan lebih sehat dalam waktu satu bulan. Dan kerena pengaruh tembaga, air menjadi lebih lama menempel ke tanah dan menyebabkan tumbuhan berkesempatan lebih lama untuk mendapatkan air.

Di Jepang air yang dipisahkan telah banyak dipakai sebagai pengganti pestisida. Air garam yang dipisahkan menjadi air asam dan air basa dengan bantuan elektrolisis. Air basa bila dipergunakan untuk menyirami tanaman akan membuat tanaman tumbuh hingga dua kali ukuran normal. Sementara air asam akan mematikan bakteri penyakit secara lebih efektif daripada pestisida. Di Jepang ini sangat berguna di pertanian rumah kaca. Dengan tidak dipergunakannya pestisida, rumah kaca menjadi lebih aman untuk petaninya. Sebelumnya petani harus mengenakan pakaian ala astronot untuk menyiram tanamannya.
Sehubungan dengan air ini, ada beberapa tanaman yang akan tumbuh lebih cepat tinggi dan padat bila tidak terkena panas. Ini diamati oleh Viktor Schauberger terutama pada tumbuhan sejenis kayu jati. Pengembangan kayu jati yang sekarang ini umum adalah dengan membiarkannya terkena sinar matahari. Padahal bila terkena sinar matahari kayu jati akan tumbuh secara horisontal (membesar) dari pada meninggi. Hasilnya kayunya juga tidak sepadat apabila kayu jati dibiarkan tumbuh tidak terkena sinar matahari. Kita perlu belajar bagaimana tumbuhan hidup di alam agar kita bisa dapat hasil yang maksimal darinya.

Alat pertanian, menghindari besi

Sekarang ini penggunaan besi di bidang pertanian sudah merupakan keharusan. Semua alat pertanian dibuat dari besi atau turunannya seperti stainless steel atau baja. Tanpa disadari bahwa besi sebernarnya mempunyai pengaruh yang jelek terhadap tanah. Sebuah pipa logam yang ditempatkan ditanah akan membuat tanah dalam radius beberapa meter akan berkurang kesuburannya. arat yang ditimbulkannya menimbulkan efek panas, mengurangi kadar air di tanah dan mengundang tumbuhnya penyakit.
Viktor Schauberger di eropa telah melakukan pengamatan pada beberapa lahan pertanian tradisional dan modern. Ia mengamati bahwa lahan yang masih menggunakan metode tradisional dengan alat pertanian dari kayu mempunyai hasil yang lebih baik, lebih banyak dan berkualitas daripada lahan modern yang menggunakan traktor atau alat pertanian lainnya dari besi. Dari hasil pengamatan ini dia mencoba mencari bahan logam lain yang dapat menggantikan besi dan tidak mengurangi kesuburan tanah.
Pada akhirnya ia menemukan bahwa tembaga lah yang cocok untuk dipakai menggantikan besi. Tembaga mempunyai sifat yang hampir sama dengan perak dan emas. Tembaga akan membunuh bakteri penyakit yang ada dipermukaannya dalam beberapa jam. Beberapa rumah sakit di Eropa sekarang ini sudah mulai menstandarkan penggunaan tembaga di tempat - tempat yang sering terkena sentuhan dari pasien untuk mengurangi penyebaran penyakit di rumash sakit. Selain itu tembaga mempunyai sifat magnetik yang memberi gaya tolak dibanding dengan besi. Gaya tolak ini membuat peralatan pertanian dari tembaga akan lebih mudah digunakan untuk mencangkul atau menggali daripada besi. Gaya tolak ini juga berpengaruh pada kandungan air dalam tanah. Bila tanah yang mengandung karat cenderung kering dan keras karena susah menyimpan air, tanah yang mengandung tembaga akan cenderung gembur dan basah karena mudah menyimpan air.
Menggantikan besi dengan tembaga segera mengembalikan kesuburan tanah pada lahan percobaan yang dilakukan Viktor Schauberger. Hasil pada panen pertama segera meningkat dan tetap meningkat pada panen - panen berikutnya. Keuntungannya dapat dengan cepat menggantikan biaya investasi alat tanam dari logam.

Berikut adalah hasil percobaan Viktor Schauberger, yang pada intinya menyebutkan keunggulan kualitas dan kuantitas dari penggunaan alat tanam dari bahan tembaga atau besi yang dilapisi tembaga:http://www.implementations.co.uk/Schauberger_related/test_results_for_copper.htm


Catatan teknologi tepat guna (Sucahyo Aji Condro), Saturday, 13. June 2009, 03:49

Solusi Terbaik didalam efisiensi agrobisnis yang pernah ada.


DOLOMITE

Lahan Pertanian, Perkebunan, dan Pertambakan yang berada di daerah beriklim tropika basah, pada umumnya bereaksi masam atau pH rendah. Selain faktor iklim masal batuan induk tanah, dekomposisi bahan organik, leaching atau pencucian zat hara dan penggunaan pupuk kimia masam seperti Urea, Za, Kcl, Sulfur dan NPK juga meningkatkan kemasaman tanah.
Tanaman perkebunan maupun pertanian holtikultura menghendaki tanah yang mendekati netral atau tidak masam pada kisaran pH 6 sampai 7 untuk tumbuh sehat dan berproduksi tinggi. dengan memperbaiki pH tanah menjadi pH yang optimal, maka dijamin hasil yang di dapatkan dari panen akan meningkat seiring dengan perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Dengan meningkatnya hasil panen, maka perekonomian masyarakat juga akan meningkat sehingga dapat menjadi dasar untuk meningkatkan hasil yang lebih maksimal.
Gunakan Dolomite, Pahami kegunaan nya, Lihatlah hasilnya:
Manfaat Untuk Pertanian dan perikanan :
( 1) Memperbaiki struktur tanah
( 2) menstabilkan pH tanah
( 3) Meningkatkan mutu benih dan bibit
( 4) memicu pertumbuhan akar dan membentuk perkaran yang baik
( 5) membuat tanaman lebih hijau
( 6) meningkat hasil panen dam memperbaiki kuantitas maupun kualitas
( 7) meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan
( 8) pembenah tanah utamanya untuk lahan asam
( 9) mempercepat pertumbuhantanaman, ikan, udang,

Dolomite kami sudah disertifikasi oleh Laboratorium Scofindo sesuaidengan SNI nomor 04880/ DBBOAD, tanggal 03 May 2010.

Hubungi Kami,
CV. Gracia Perdana Lestari
Distributor Pupuk dan Alat pertanian
Jl. Berlian 24 Pondok Permata Suci- Gresik
Tlp: 031-3958824, Fax: 031-3958054
Marketing Dept. HP: 081249311999
Harga terbaik yang akan kami tawarkan kepada anda.

Rabu, 08 Desember 2010

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian Organik

Tanah adalah salah suatu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Seperti kita ketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia dan hewan hidup dari tumbuhan. Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban kita menjaga kelestarian tanah sehingga tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah pun sebagian besar akibat kegiatan manusia juga.

Meningkatnya kegiatan produksi biomassa (tanaman yang dihasilkan kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman) yang memanfaatkan tanah yang tak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Beberapa indikator yang memprihatinkan hasil evaluasi perkembangan kegiatan pertanian hingga saat ini, yaitu : (1) tingkat produktivitas lahan menurun, (2) tingkat kesuburan lahan merosot, (3) konversi lahan pertanian semakin meningkat, (4) luas dan kualitas lahan kritis semakin meluas, (5) tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan pertanian meningkat, (6) daya dukung likungan merosot, (7) tingkat pengangguran di pedesaan meningkat, (8) daya tukar petani berkurang, (9) penghasilan dan kesejahteraan keluarga petani menurun, (10) kesenjangan antar kelompok masyarakat meningkat.


Pencemaran Agrokimia pada Tanah Pertanian
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.

Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.

Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah.

Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah.

Penanaman varietas padi unggul secara mono cultur tanpa adanya pergiliran tanaman, akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.

Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.



KONSEP PERTANIAN BERKELANJUTAN

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kesanggupan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”.

Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan. Sedang tujuan pertanian yang berwawasan lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah; meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal; mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan penduduk dan makhluk hidup lainnya. Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain:
  1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agroekosistem dipertahankan/mulai dari kehidupan manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan terjadinya polusi. Menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya terbarukan.
  2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/ pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap lingkungan.
  3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijkan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.
  4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.
  5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan/petani mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya.
Suatu konsensus telah dikembangkan untuk mengantisipasi pertanian berkelanjutan. Sistem produksi yang dikembangkan berasaskan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) yang kalau diterjemahkan sebagai (Pertanian Berkelanjutan/Lestari, Masukan Dari Luar Usahatani Rendah). Konsep ini dapat dijabarkan menjadi beberapa rakitan operasional, antara lain: meningkatkan produktivitas, melaksanakan konservasi energi dan sumberdaya alam, mencegah terjadinya erosi dan membatasi kehilangan unsur hara, meningkatkan keuntungan usahatani, memantapkan dan ketenlanjutan konservasi serta sistem produksi pertanian.

Konservasi merupakan faktor yang penting dalam pertanian berwawasan lingkungan. Konservasi sumberdaya terbarukan berarti sumberdaya tersebut harus dapat difungsikan secara berkelanjutan (continous). Sekarang kita sudah mulai sadar tentang potensi teknologi, kerapuhan lingkungan, dan kemampuan budi daya manusia untuk merusak lingkungan tersebut. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa ketersediaan sumberdaya adalah terbatas.

Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hidrologis, menjaga kelestarian sumber air, meningkatkan sumber daya alam serta memperbaiki kualitas lingkungan hidup yang pada gilirannya meningkatkan produksi dan  pendapatan petani melalui usaha tani yang berkelanjutan.

Pola usaha tani konservasi merupakan suatu bentuk pengusahaan lahan yang mengkombinasikan teknik konservasi secara mekanik/sipil teknik, vegetatif maupun kimiawi .

Metode mekanik/sipil teknik, suatu bentuk metode konservasi tanah dengan menggunakan sarana fisik (tanah, batu dan lain-lain ) sebagai sarana bangunan konservasi tanah. Metode ini berfungsi untuk: a). memperlambat aliran permukaan, b). menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan  yang tidak merusak.

Beberapa cara yang diajurkan: (1) pengolahan tanah minimum, (2) pengolahan tanah menurut kontur, (3) pembuatan guludan dan teras, (4) pembuatan terjunan air, (5) pembuatan rorak / saluran buntu.

Metode Vegetatif: suatu metode konservasi tanah dengan menggunakan tanaman atau tumbuhan dan seresah untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan erosi. Metode ini berfungsi :
  1. Melindungi tanah terhadap daya rusak butir-butir hujan yang jatuh,         
  2. Melindungi tanah terhadap daya perusahan aliran air,
  3. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang mempengaruhi besarnya aliran permukaan,
  4. Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.
Beberapa cara yang digunakan: sistem pertanaman lorong, strip rumput, tanaman penutup tanah, teras gulud, teras bangku, rorak, embung, mulsa, dan dam parit.

Sedangkan metode kimia dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah melalui pemberian bahan kimia tanah (soil Conditioner).

PERTANIAN ORGANIK

Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.

Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.

Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.

Pertanian Organik Modern
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
  1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
  2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan. Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Komoditas pertanian organik yang akan dikembangkan dan memiliki potensi pasar yang baik, yaitu: hortikultura sayuran (brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis), perkebunan (kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi), rempah dan obat (Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya), dan peternakan (susu, telur dan daging).
sumber: www.benss.co.cc
            Benidiktus Sihotang, STP  14 Juli 2009


 

Organic Fertilizer info


Today, We would like to share our experience with Organic Fertilizer...and We would to thank for read this article:
Indonesian Developing Organic Farming (IDOF)
Organic agriculture has become a new idol in the world of agricultural business (agribusiness), this is in line with the emergence of anxiety as well as awareness of society about the importance of eating food, vegetables and fruits that are free from chemicals. Agricultural products have been using non-natural chemicals, such as fertilizers, chemical pesticides and synthetic growth hormones in agricultural production. Healthy lifestyle with the slogan "Back to Nature" has become a new trend to leave the old lifestyle filled with chemicals.
Organic agriculture is a cultivation technique that relies on natural ingredients without the use of synthetic chemicals. The main purpose of organic agriculture is to provide agricultural products, especially food which is safe for the health of producers and consumers and does not damage the environment. Thus a healthy lifestyle has been institutionalized internationally, which requires the assurance that agricultural products should be safe to eat beratribut (food safety attributes), high nutrient content (nutritional attributes) and environmentally friendly (eco-labeling attributes). Consumer preferences such as these cause the world demand for organic agricultural products increased rapidly.
Indonesia has a wealth of unique tropical bio-resources, abundance of sunlight, water and land, and culture that respects nature, organic farming potential is huge. World market of organic agricultural products increased 20% per year, therefore the development of organic agriculture need to be prioritized in high economic-value crops to meet domestic and export markets
Opportunity Organic Farming in Indonesia
Land area available for organic farming in Indonesia is very big. Of the 75.5 million ha of land that can be used for agriculture, only about 25.7 million ha have been cultivated for rice fields and plantations (CBS, 2000). Organic farming requires that land use is not or has not been polluted by chemicals and have good accessibility. The quality and extent of a consideration in the selection of land. Land that has not polluted the land that has not been attempted, but generally given less fertile land. Generally fertile land has been cultivated intensively with the use of chemical fertilizers and pesticides. Using this kind of land conversion requires a long period, which is about 2 years.
Volume of organic agricultural products to reach 5-7% of total agricultural products traded in international markets. Largely supplied by developed countries such as Australia, America and Europe. In Asia, the market for organic agricultural products more dominated by the far eastern countries like Japan, Taiwan and Korea.
Market potential for organic farming products in the country is very small, only limited to middle to high society. Various obstacles encountered include:
1) there is no adequate price incentives for producers of organic agricultural products.
2) need expensive investments in early development because they have to choose land that is actually sterile from agrochemical  Ingridients.
3) there is no certainty the market, so farmers are reluctant to produce commodities.
Indonesia has huge potential to compete in international markets, although gradually. This is because the various comparative advantages include:
1) is still a lot of land resources which can be opened to develop organic farming systems,
2) technology to support organic farming is enough available such as making compost, planting without soil, pesticides and other biological.
Further development of organic agriculture in Indonesia should aim to meet global market demand. Therefore exotic commodities such as vegetables and coffee and tea plantations that have export potential is bright enough to be developed. Coffee products, for example, Indonesia is the second largest exporter after Brazil, but in the international market of Indonesian coffee has no trademark.
Development of organic farming in Indonesia did not yet require a new institutional structure, because this system is almost the same as intensive agriculture such as this. Farmer institutions such as farmer groups, cooperatives, associations or corporations are still very relevant. However, the most important agricultural institutions must be able to strengthen the bargaining position of farmers.
Modern Organic Agriculture
In recent years, modern organic farming into the agricultural system Indonesia sporadic and small. Developing modern organic farming produces food that is safe for health and environment-friendly production systems. But in general the concept of modern organic farming has not been known and still widely questioned. The emphasis is more to the left while the use of synthetic pesticides. With the growing knowledge and technology, health, environment, microbiology, chemistry, molecular biology, biochemistry and others, organic farming continues to grow.
In modern organic farming systems required quality standards and is enforced by importing countries with very strict. Frequently one of organic agricultural products must be returned to the exporting countries including Indonesia because they still found the content of pesticide residues and other chemicals.
The number of products that claim to be organic agricultural products that are not certified to make doubt on the part of consumers. Certification of organic agricultural products can be divided into two criteria, namely:
a) Local Certification for the domestic market share. Agricultural activities is still tolerate the use of synthetic chemical fertilizers in a minimal amount or Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), but have very limited use of synthetic pesticides. Pest control by using the biopesticide, tolerant varieties, as well as biological agents. The team to formulate a national certification has been established by the Ministry of Agriculture with the involvement of universities and other parties concerned.
b) International certification for export shares and certain circles in the country, such as the certification issued by or Skål or IFOAM. Some of the requirements that must be met, including the conversion of land, storage of organic products, seeds, fertilizers and pesticides as well as processing results must meet certain requirements as organic agricultural products.
Several prospective commodity that can be developed with organic farming systems in Indonesia, among other food crops, horticulture, plantation, spices and medicinal plants, and livestock. Facing the era of free trade in 2010 is expected to organic farming Indonesia have been able to export its products to international markets.




Organic Agriculture Commodity category:
  1. Food Crops Rice
  2. Horticulture Vegetables: broccoli, red cabbage, chinese cabbage, caisin, white cho, cabbage sprouts, spinach leaves, pumpkin siyam, Oyong and baligo. Fruit: jackfruit, durian, salak, mangoes, oranges and mangosteen.
  3. Coconut Plantation, nutmeg, cashew nuts, cloves, pepper, vanilla and coffee.
  4. Ginger Spice and medicine, turmeric, ginger, and meet other's findings.
  5. Livestock Milk, eggs and meat
Regards, and pray always for your health.....
Abraham – CV. Gracia Perdana Lestari
“Proorganic” The high quality of Organik Fertilizer
please contact us for further information.